Bulan Dzulhijjah
ada di depan mata, sebentar lagi Umat Islam di seluruh penjuru dunia akan
disibukkan dengan prosesi kurban yang melibatkan beberapa hewan yang akan
dijadikan sebagai hewan kurban, diantaranya adalah sapi, kambing dan unta. Hal
ini mengingatkan kita akan kaitannya dengan masalah hewan ternak yang menjadi
syarat utama untuk berkurban.
Selain itu, Allah
juga telah menyinggung masalah hewan
ternak secara gamblang dalam salah satu ayat-Nya, Dia memperingatkan manusia akan
pentingnya hewan ternak bagi kehidupan manusia dalam firman-Nya di Surat
Al-Mu’minuun [23]: 21 yang berbunyi: Dan sungguh pada hewan-hewan ternak
terdapat suatu pelajaran bagimu. Kami memberi minum kamu dari (air susu) yang
ada dalam perutnya, dan padanya juga terdapat banyak manfaat untukmu, dan
sebagian darinya kamu makan.
Beberapa manfaat
dari hewan ternak adalah susunya dapat diminum, dagingnya dapat disantap,
kulitnya dapat dipakai sebagai bahan membuat sepatu, dan manfaat lainnya, bahkan
kotorannya sekalipun dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Maka dari itu, sebagai
umat Islam, sepatutnya kita mensyukuri nikmat Allah SWT yang sungguh besar
manfaatnya bagi kehidupan umat manusia ini.
Lantas, bagaimana cara mensyukurinya? Ada beberapa cara untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat Allah SWT, kita bisa mensyukurinya dengan mengambil manfaatnya tanpa adanya unsur ketamakan atau berlebih-lebihan. Cara lainnya adalah dengan mempelajari tentang dunia peternakan agar kita lebih pandai dalam memanfaatkan karunia Ilahi. Sedikit upaya yang bisa dilakukan untuk mendalami dunia peternakan adalah dengan memahami sejarah peternakan dan hubungannya dengan peradaban Islam.
Lantas, bagaimana cara mensyukurinya? Ada beberapa cara untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat Allah SWT, kita bisa mensyukurinya dengan mengambil manfaatnya tanpa adanya unsur ketamakan atau berlebih-lebihan. Cara lainnya adalah dengan mempelajari tentang dunia peternakan agar kita lebih pandai dalam memanfaatkan karunia Ilahi. Sedikit upaya yang bisa dilakukan untuk mendalami dunia peternakan adalah dengan memahami sejarah peternakan dan hubungannya dengan peradaban Islam.
Peternakan dan Peradaban Islam.
Jika diamati lebih
dalam, sungguh erat hubungan hewan ternak dengan AL-Quran, bahkan Dr. Rusfidra,
S. Pt yang pernah menulis tentang hubungan Agama Islam dengan peternakan
menyebutkan bahwa ilmu peternakan merupakan
ilmu terapan yang disebut secara eksplisit di dalam Al Quran. Bahkan beberapa
nama hewan ternak dijadikan sebagai nama surat di dalam Al Quran, misalnya sapi
betina (Al Baqarah), hewan ternak (Al An'am), dan ternak lebah (An Nahl).
Banyak ayat Al Quran yang secara eksplisit menyebut nama-nama hewan ternak,
misalnya ternak sapi (QS. 2: 67-71, 73; QS Yusuf: 43), unta (QS. Al An'am:144;
Al Hajj: 27, 37; QS. Al Ghasiyah:17), domba (QS. Al An'am:143, 146; QS. An
Nahl: 80), kambing (QS. Al An'am: 143, An Nahl: 78, Shad: 23-24), unggas (QS.
2: 260; 3: 49; 5: 110; 6: 38; 16: 79; 23: 41; 27: 16; 67: 19), kuda (QS. 3: 14;
8: 60; 16: 8; 38: 31; 100: 1) dan lebah (QS. 16: 68-69). Bahkan ternak telah
lama akrab dalam kehidupan kaum Muslimin, baik dalam pelaksanaan ibadah (zakat,
kurban) maupun manfaatnya yang multi guna dalam kehidupan.
Melihat banyaknya
ayat yang menggunakan nama-nama hewan ternak ini patut menjadi bahan renungan. Hewan
ternak merupakan sumber pelajaran yang penting di alam karena terdapat banyak
hikmah dalam penciptaannya. Lihatlah bagaimana Allah memberikan kemampuan pada
ternak ruminansia (sapi, kambing, domba dan kerbau) yang mampu mengubah rumput menjadi
daging dan susu. Atau kemampuan yang dimiliki lebah madu dalam mengubah cairan
nektar tanaman menjadi madu yang bermanfaat dan berkhasiat obat bagi manusia
(QS. An Nahl [16]: 68-69). Sedemikian
besarnya peran usaha peternakan dalam kehidupan, maka sudah pada tempatnya sub-sektor
ini mendapat perhatian kaum Muslimin, termasuk melakukan penelitian dan
pengembangan produk peternakan yang bersumber pada Al Quran dan Al Hadis.
Di samping itu,
dalam sebuah riwayat ada yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah
berbincang-bincang dengan para sahabat mengenai dunia peternakan "Semua Nabi pernah menggembala kambing",
kata Beliau.Kemudian, seorang Sahabat bertanya, "Engkau sendiri bagaimana, ya Rasul?".
"Aku pernah menggembala kambing,"
jawab Nabi SAW. Dialog singkat tersebut mengisyaratkan bahwa menjadi peternak
(penggembala ternak) adalah profesi yang pernah dilakukan para nabi. Bahkan,
banyak penulis sirrah nabawiyah menjelaskan bahwa ketika berusia muda,
Nabi Muhammad SAW adalah seorang penggembala kambing yang terampil. Beberapa
riwayat menjelaskan, Nabi yang mulia itu sering memerah susu ternak domba
piaraannya untuk konsumsi keluarga beliau.
Profesi sebagai
peternak sapi juga pernah dilakukan Nabi Musa AS selama delapan tahun,
sebagai mahar atas pernikahannya dengan anak perempuan Nabi Syuaib AS. Menjadi peternak sapi selama 8 tahun tentu bukanlah waktu yang
singkat, namun itu yang dijalani Nabi Musa. Ikhlas menjadi seorang peternak. Bahkan, profesi pengembala ternak
telah tercatat dalam sejarah sejak Nabi Adam AS ketika Allah SWT memerintahkan
kepada dua anak lelaki Nabi Adam, Habil dan Qabil untukm berkurban, dalam
menentukan siapa yang lebih berhak kawin dengan Iklima (anak gadis Nabi Adam
yang cantik) dan Labuda (anak gadis Nabi Adam yang kurang cantik). Sejarah
mencatat, Habil mempersembahkan seekor domba yang sehat dan gemuk, sedangkan
Qabil hanya mempersembahkan hasil pertanian yang tidak baik. Kurban Habil
diterima Oleh Allah SWT. Berkurban dengan seekor domba. Ada pula sebuah hadis
Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Nasai: "Sesungguhnya Tuhanmu
kagum pada seorang pengembala kambing". Menjadi pengembala kambing mungkin
profesi yang biasa di mata kita, bukan pekerjaan yang istimewa. Tapi dimata
Allah, si pengembala kambing itu adalah istimewa. "Alkisah, seorang pengembala, di padang lapang, sunyi, tak
berpenduduk, tak berpenghuni. Sendirian, ia hanya bersama kambing-kambingnya.
Sepintas tidak ada yang istimewa dari si pengembala itu. Tapi pengembala itu
telah membuat kagum Tuhannya. Dengan apa? Bila waktu shalat tiba, di padang lapang itu, ia
berdiri mengumandangkan adzan sendiri, lalu shalat sendirian. Setelah melakukan
shalat, Allah swt. berfirman: "Lihatlah hambaKu ini, ia adzan, lalu
mendirikan shalat. Ia takut kepada-Ku. Aku telah mengampuninya dan Aku masukkan
ia ke dalam surga". (Dikutip dalam Majalah Tarbawi, Juni 2006).
Beternak, Syarat Mutlak Tingkatkan Kualitas Hidup
Prof. I.K. Han, Guru Besar Ilmu
Produksi Ternak Universitas Nasional Seoul, Korea Selatan (1999) menyebutkan
pentingnya ternak dalam peningkatan kualitas hidup manusia. Ternak
juga bermanfaat dalam kegiatan keagamaan: misalnya dalam melaksanakan ibadah
qurban, dibutuhkan ternak sapi, domba ataupun kambing. Pada zaman dahulu jumlah
pemilikan ternak juga merupakan indikasi strata sosial seseorang. Betapa tidak,
produk utama ternak (susu, daging dan telur) merupakan bahan pangan hewani
bergizi tinggi yang dibutuhkan manusia. Hewan ternak juga berperan sebagai sumber
pendapatan, sebagai tabungan hidup, tenaga kerja pengolah lahan, alat
transportasi, penghasil biogas, penghasil pupuk kandang dan sebagai hewan
kesayangan (Tangka et al. 2000).
Usaha peternakan, kata Dr. Rusfidra, S. Pt adalah rahasia ekonomi para nabi, mereka bekerja dengan cerdas menggembala kambing karena multiplier
effect yang luar biasa. Jadi orang yang memilih
usaha peternakan bisa dikatakan sebagai langkah awal untuk mengikuti jejak para
nabi yang telah disebutkan di atas. Sebelum
mengakhiri tulisan ini, pantas kita renungkan sebuah pepatah berbahasa Arab
yang berbunyi "Negara yang kaya dengan ternak tidak akan pemah miskin, dan
negara yang miskin dengan ternak tidak akan pernah kaya." (Campbell dan
Lasley, 1985). Negara Indonesia
adalah Negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, sebenarnya Zamrud
Khatulistiwa ini kaya dengan populasi ternak, namun perhatian pemerintah masih
rendah terhadap sektor ini. Barangkali itulah salah satu penyebab negara ini
sulit bangkit dari krisis ekonomi. Maka,
sebagai genarasi muda Islam, sayang sekali jika banyak dari kita yang masih
diam berpangku tangan menunggu hujan, sedangkan hujan tidak akan pernah
menurunkan emas dan perak dari langit. Sekaranglah saatnya berusaha, namun
jangan lupa, sebelum membuat sebuah usaha, harus tahu ilmunya terlebih dahulu.
Karena berusaha tanpa ilmu hanyalah mengundang kegagalan. Oleh karena itu, jika
anda berminat dengan dunia peternakan, sekaranglah saatnya belajar bagaimana
beternak hewan dan marilah kita majukan sektor peternakan!
Oleh : Rizka Dwi Seftiani, S.Pd.I (Pernah dimuat di Majalah Gontor)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar